Wanita malam. Ungkapan yang lebih halus daripada pelacur. Sebuah kenyataan semesta yang tidak bisa dipungkiri adanya. Sebuah profesi yang banyak dihujat oleh orang-orang yang diam-diam juga seorang konsumennya. Itulah manusia, maunya terus menghakimi tanpa mau dihakimi.
Profesi ini bisa dibagi menjadi dua klasifikasi. Tidak sedikit orang memilih profesi ini dikarenakan faktor ekonomi, tetapi banyak juga diantara mereka berprofesi seperti ini dikarenakan hoby atau sekedar iseng. Iseng? Ya, benar, iseng. Sudah sangat banyak yang membahas tentang klasifikasi pertama bahwa faktor ekonomi menjadi alasan dari keterpaksaan menjadi seorang wanita malam. Lalu untuk yang sekedar iseng. Mungkin sedikit aneh ketika membaca di point ini, tetapi begitulah adanya. Mereka yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah keatas, yang sudah mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi memilih berprofesi seperti ini. Untuk mengisi waktu luang, karena kisah masa lalu yang suram, kurang perhatian dari keluarga dan banyak hal lainnya adalah alasan-alasan yang dipunya oleh si iseng ini. Bermain dengan para konsumennya bisa membuat hari-hari lebih cerah, lebih indah.
Miris memang. Disaat orang lain mencoba untuk selalu menjadi lebih baik, di satu sisi ada orang-orang baik yang menjadikan dirinya terlihat buruk. Siapa yang salah? Apa yang salah? Bisakah menggarisbawahi takdir? Mari berfikir sejenak, mengintropeksi diri masing-masing. Sudah menjadi baikkah kita?
Prostitusi adalah profesi tertua di dunia, mungkin bisa disembunyikan oleh undang-undang tapi tidak bisa dihilangkan karena sudah ada sejak ribuan tahun, dan akhirnya diterima sebagai kenyataan hidup.
BalasHapus