Pages

Kamis, 17 Januari 2013

Gagal. Tertinggal atau bangkit?

Dari title tulisan kali ini, kita pasti sudah bisa menebak bahwa kali ini saya akan menceritakan mengenai suatu kegagalan. Semua kegagalan menurut saya pasti membuahkan kekecewaan. Untuk orang yang gagal dalam percobaan bunuh diri pun pasti merasa kecewa. Karena suatu hal bisa menghasilkan pendapat yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda pula. Satu hal yang gagal bisa saja disesali oleh seseorang, tetapi bisa saja disyukuri oleh orang lain. Begitulah mekanisme-nya.

Kali ini saya mencoba berbagi mengenai sudut pandang saya tetang "kegagalan". Saya sadar bahwa sekarang saya mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam menilai suatu kegagalan. Dulu saya adalah pribadi yang tidak pernah takut untuk satu kata ini "gagal". Dulu saya adalah orang yang sangat optimis akan suatu hal. Ketika hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan, maka saya akan semangat untuk mencoba kembali hal tersebut dengan cara yang lain. Begitulah juga dengan pandangan orang lain terhadap saya, saya dikenal sebagai orang yang tidak pantang menyerah.

Tetapi akhir-akhir ini, saya mulai berubah menjadi orang yang pesimis untuk mengakhiri sesuatu yang saya nilai akan buruk apabila diteruskan. Banyak hal yang membuat mind set saya berubah menjadi seperti ini. Saya menjadi orang yang mudah menyerah, mudah mengeluh dan yang paling parah adalah saya berbah menjadi orang yang plin-plan. Terkadang saya menganggap satu hal salah, tiba-tiba saja saya kembali menganggap hal tersebut benar.

Sampai saat inipun saya masih bimbang akan satu hal yang masih bingung untuk saya teruskan atau saya akhiri. Masih banyak plus minus yang harus dipertimbangkan untuk mengambil keputusan ini. Untuk diri saya yang dulu, saya sudah tau pasti bahwa saya akan memilih untuk mengakhiri hal ini, lalu mencoba hal lain. Tetapi sekarang saya terlalu takut dan terlalu lelah untuk mecoba hal baru ini. Karena sesuatu yang baru berarti sesuatu yang harus saya telusuri, saya pahami dan saya kenal dari titik nol lagi, dengan kemungkinan berhasil juga tidak lebih dari 50%. Sedangkan apabila saya memilih untuk tetap tinggal, maka saya harus terus bertahan di posisi yang membuat saya tidak nyaman. Pertimbangannya masih di pemikiran bahwa saya tidak mau nantinya berada di titik "menyesal".

Belum ada keputusan apapun. Sekarang saya memilih untuk melupakan sejenak mengenai satu hal yang sangat membingungkan ini. Tidak saya jalani, tetapi tidak juga saya tinggalkan. Berharap akan ada satu titik terang yang akan mempermudah saya untuk memilih jalan mana yang sebaiknya saya masuki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar