Pages

Selasa, 25 Januari 2005

Seminung, Ranau and Avocado

"SEMINUNG & RANAU". Have you ever heard that words? Yah, itu adalah title dari tulisan kali ini. Seminung adalah gunung yang terletak di Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, dan Kecamatan Ranau Provinsi Sumatera Selatan. Sama seperti Gunung Merapi, gunung ini merupakan "gunung antar-provinsi".Gunung ini berada di sebelah barat laut dari Kota Liwa dengan jarak sekitar 25 km. Kawah gunung ini membentuk sebuah danau, yaitu Danau Ranau.
Sedangkan Ranau merupakan danau terbesar dan terindah di Sumatera Selatan yang terletak di kecamatan Banding Agung Kabupaten UKO Selatan (dahulu masuk dalam wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu). Berjarak sekitar 342 km dari kota palembang, 130 km dari kota Baturaja, dan 50 kilometer dari Muara Dua, ibu kota OKU Selatan, dengan jarak tempuh dengan mobil sekitar 7 jam dari kota Palembang. Sementara dari Bandar Lampung, danau ini bisa ditempuh melalui Bukit Kemuning dan Liwa. Secara geografis, danau ini terletak di perbatasan Kabupaten OKU Selatan Propinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Lampung Barat Propinsi Lampung.
Danau Ranau yang mempunyai luas sekitar 8×16 km dengan latar belakang gunung seminung (ketinggian ± 1.880 m dpl), dikelilingi oleh bukit dan lembah. Pada malam hari udara sejuk dan pada siang hari cerah suhu berkisar antara 20° – 26° Celsius. Terletak pada posisi 4°51′45″ bujur selatan dan 103°55′50″ bujur timur.
Menurut legenda yang ada, danau ini tercipta dari gempa besar dan letusan vulkanik dari gunung berapi yang membuat cekungan besar. Sungai besar yang sebelumnya mengalir di kaki gunung berapi itu kemudian menjadi sumber air utama yang mengisi cekungan/belahan itu. Dan lama-kelamaan lubang besar itu penuh dengan air. Kemudian di sekeliling danau baru itu mulai ditumbuhi berbagai tanaman, di antaranya tumbuhan semak yang oleh warga setempat disebut ranau. Maka danau itu pun dinamakanlah Danau Ranau. Sisa gunung api itu kini menjadi Gunung Seminung yang berdiri kokoh di tepi danau berair jernih tersebut.

Yah, yah, cukup membahas tentang title nya, mari kita simak perjalanan saya ke Gunung Seminung dan Danau Ranau... :)


14.01.2005
Kota Palembang sore ini sangat panas,matahari dengan gagahnya bersinar. Sebuah sms tiba-tiba masuk ke hp saya. Wah, ternyata isinya kabar yang sangat saya tunggu-tunggu dari tadi pagi , mengenai kepastian bahwa besok saya dan teman-teman akan melakukan pendakian.  Carriel dengan isi semua peralatan untuk pendakian yang sudah disiapkan tadi malam segera menempel di pundak saya. Izin yang sudah diajukan dari malam tadi membawa saya ke perjalanan menuju ke kampus untuk berkumpul dengan teman-teman yang lainnya. Perjalanan dari rumah saya ke kampus (Universitas Sriwijaya) memakan waktu sekitar 50menit. Berhubung teman-teman yang lain masih sibuk mempersiapkan kebutuhan untuk pendakian ini, maka sayalah orang pertama yang tiba di sekretariat mapala yang terletak di salah satu ruang di gedung fakultas saya. Sebelum waktu maghrib tiba, saya dan keempat teman saya sudah berkumpul di sekret (sekretariat.red). Ketika semuanya sudah berkumpul, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah packing ulang barang bawaan kami. Semua tas dibongkar, barang-barang yang berat dipisah. Carriel dengan bobot paling berat dibawa oleh laki-laki. Dalam perjalanan kali ini ada dua perempuan (termasuk saya) dan tiga laki-laki.

15.01.2005

Rencana untuk bangun pagi tidak terwujud. Kami gagal mendapatkan bus untuk trip pagi itu. Pukul 09 pagi, kami baru menunggu di pinggir jalan. Hampir dua jam tidak ada satu bus pun dengan tujuan ranau lewat di jalan itu. Peluh mulai terlihat membasahi pelipis kami. Tiba-tiba sebuah mobil kijang LGX berhenti di depan kami. Wah, ternyata seorang bapak muda dengan ramahnya mengajak kami ikut di mobilnya. Bapak tersebut juga melakukan perjalanan menuju ke kota Batu Raja. Here wo go !!!! Che, K' Kiki, K' Kono, K' Yayan dan K' Chandra. :) Tetapi,,, rasa bahagia kami lenyap begitu saja ketika bapak yang baik hati itu menagih ongkos. Ternyata dia bukanlah seorang bapak baik hati yang tidak tega melihat kami terlantar. Tetapi bapak ini adalah seorang supir travel yang sangat senang ketika kami mau-maunya saja menggunakan jasanya tanpa bernegosiasi masalah harga ongkosnya. Haduhhh,, akhirnya kami membayar sebesar Rp. 70.000,- untuk kami ber 5. Sekitar pukul 15.30 kami tiba di Kota Batu Raja. Langsung saja menuju rumah kak Chandra. Malam ini kami berbincang-bincang mengenai apa saja yang akan kami lakukan besok, karena gunung seminung masih jauh dari lokasi kami sekarang.

16.01.2005
Kesalahan karena bangun kesiangan yang terjadi kemarin tidak terulang lagi di hari ini. Pagi-pagi kami semua sudah berada di terminal. Kami mencari mobil umum yang menuju daerah yang bernama Muara Dua. Setelah tiba di daerah tersebut, kami melanjutkan perjalanan dengan mobil lain ke derah Ranau. Di daerah Ranau kami masih harus mencari kendaraan menuju ke Kota Batu. Perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan. Cuaca yang sangat panas dan kendaraan yang kami tumpangi bukan kendaraan kelas eksekutif membuat perjalanan semakin melelahkan. Walaupun demikian, perjalanan ini terasa sangat menyenangkan. Tiba di Kota Batu kami segera menuju ke rumah Kepala Desa setempat untuk memohon izin pendakian. Berhubung KaDes sedang tidak berada di rumah, maka istrinya yang menyambut kami. Disini kami diberi petunjuk dan nasihat sebelum melakukan pendakian. Perjalanan pun dilanjutkan. Kami berjalan kaki menuju ke muara dana. Dari kejauhan tampak indahnya Danau Ranau, sayangnya danau ini sedikit tidak terurus. Untuk menuju ke kaki gunung atau tempat air panas, kai harus menyebrangi danau menggunakan perahu dengan tarif Rp. 3000,- per orang. Tiba di kaki gunung, saya dan teman-teman takjub melihat pemandangan sekitar. Tanpa pikir panjang, kami segera mendirikan tenda. Biasanya tenda didirikan di atas tanah, tetapi kali ini berhubung disini terdapat gazebo yang cukup besar, maka kami mendirikan tenda di dalam gazebo tersebut. Lumayan menguntungkan apabila hujan tenda kami tidak akan basah. :D Selesai mendirikan tenda, saya tertegun melihat salah satu dari teman saya yang segera menanggalkan bajunya dan berlari menuju ke kolam air panas. Kolam tersebut mengandung belerang yang sangat baik untuk kulit. Langsung saja saya menyusul ke kolam itu, tapi dengan masih menggunakan pakaian lengkap. Hehehe.. :p

17.01.2005
Pagi-pagi kami sudah bangun, gosok gigi, makan dan packing. Bersiap-siap melakukan pendakian. Karena ada perkampungan kecil penduduk di kaki gunung, maka kami menitipkan barang-barang yang tidak dipelukan di salah satu rumah warga. Mulailah pendakian ini. Wah ternyata track gunung ini cukup membuat frustasi, musim hujan membuat jalur licin dan penuh dengan hewan yang tidak saya sukai yaitu PACET !!! Baru mau melangkahkan kaki, maka banyak sekali pacet-pacet kecil sudah menjalankan aksinya untuk ikut menempel di anggota tubuh atau pakaian. Setengah jam pendakian kak Yayan yang mempunyai gangguan dengan pernapasannya memilih untuk tidak meneruskannya. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke gazebo di kaki gunung. Terlihat kekecewaan di wajah Kak Yayan, tetapi hal-hal seperti ini sering terjadi pada saat pendakian. Pendaki tidak boleh memaksakan diri dan harus berani jujur pada teman yang lain agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mendaki beberapa lama, kami merasakan banyak kejanggalan, track yang melandai, pepohonan yang semakin jarang, dan udara yang lebih hangat. Lalu tidak sengaja kami bertemu dengan seorang warga yang sedang mengolah kebun nya, dia mengatakan kami mengambil jalan yang salah, hal yang tidak dapat dielak oleh kelompok pendaki apabila melakukan pendakian di tempat yang baru. Mendaki dan terus mendaki. Saya memutuskan untuk melepas sendal gunung dan mendaki dengan telanjang kaki, karena di sela-sela sendal gungung saya sudah banyak menempel pacet yang mulai menghisap darah di kaki. Huaaaa!!!! Lanjut mendaki, pintu rimba mulai terlihat, tetapi anehnya kami menemukan dua pintu rimba. Sudah hampir 4 jam kami mendaki, tetap semangat walaupun banyak tanah longsor dan pacet. Akhirnya kami memutuskan beristirahat pada pukul 14.30. Cukup aneh, untuk mendaki gunung dengan ketinggian seperti ini harusnya kami sudah bisa mencapai puncak. Sudah banyak tanda yang kami lihat "150m menuju puncak", "100m menuju puncak", tetapi tidak ada tanda-tanda kami mencapai puncak. Kabut mulai tebal, awan mulai terlihat bergerak di depan mata. Suhu mulai bertambah dingin. Saya mulai menggigil. Akhirnya dengan berat hati kami terpaksa mundur dari pendakian ini. Sedihsih, tapi tidak ada hal apapu yang harus dipaksakan kalau sudah menemukan kejadian seperti ini. Di jalur turun, saya dan teman-teman sedikit berlari. Dan akhirnya, ya, saya terpeleset dengan tangan refleks menggapai salah satu tumbuhan berjenis sulur-suluran. Dan hasilnya adalah telapak tangan saya mengeluarkan darah yang lumayan banyak. Ternyata di seluruh sulur itu terdapat duri yang sangat banyak dan tajam. Spontan saja mata saya berair, cukup malu, tetapi karena saya adalah anggota termuda di pendakian ini rasa malu saya sedikit tertutupi. :)
Kembali ke kaki gunung, saya disambut kak Yayan yang tadi memutuskan untuk turun duluan. Sayapun dibopong menuju ke tenda yang sudah didirikan. Kak Yayan segera mengambil obat untuk mengobati luka saya. Tetapi dengan sangat keras dan jeritan dalam saya berkata "TIDAK". Pasti sangat sakit sekali. Dengan bujukan pun saya tidak mau luka itu diobati. Rasanya pasti sangat sakit. :( Akhirnya setelah menimbang dan berfikir, sayapun memutuskan untuk mandi di kolam air panas. Semua teman saya terkejut mendengar permintaan tersebut. Karena luka saya akan terasa sangat perih. Mereka pun setuju dan bergabung dengan saya. Danau ranau sore ini sangat sejuk, kolam air panas alami yang hangatnya sangat pas di tubuh ini akan saya reinduka ketika saya sudah tiba di kota lagi. Selesai mandi dan menjemur pakaian, saya memutuskan untuk tidur. Ketika bangun, tangan saya yang luka sudah terbungkus perban. Kakak-kakak saya memang baik sekali. Akhirnya kami makan malam dengan pemandangan danau ranau di malam hari. Malam terakhir di danau ranau.

18.01.2005
Today is a beautiful day for us. Pagi ini danau sangat indah. K'Chan, K'Kono dan K'Yayan meminjam perahu nelayan dan mulai mengelilingi danau. Perahu itu hanya cukup untuk 1 orang saja. Jadi dengan telapak tangan yang penuh luka, sangat tidak mungkin bagi saya untuk mendayung perahu tersebut. Saya hanya bisa melihat mereka bermain-main dengan air di pagi yang sejuk ini. Saya yang mengamati dari jauh, duduk di sekitar tangga di gazebo ini. Karena gazebo didirikan di atas air, maka air membasahi pergelangan kaki saya. Ikan-ikan hias yang canti-cantik mulai mengahpiri kaki saya, geli rasanya. Selesai sarapan, kami mulai packing. Mebereskan semuanya. Tidak ada yang boleh tertinggal kecuali waktu, kenangan dan jejak kaki. Sampah pun harus kita angkut dan nantinya dibuang pada tempatnya. SAVE OUR PLANET. :) Oh ya, salah satu yang terkenal dari daerah ranau adalah buah alpukat. Banyak sekali pohon alpukat di sepanjang jalur pendakian. Tak lupa saya membeli alpukat sebanyak 20kg dengan harga Rp. 3000,- per kg nya. Carriel saya pun penuh dan berat oleh alpukat. Ombak mulai menggoyang perahu ketika kami menyebrang menuju ke tepi danau. Tak lupa kami mampir di rumah Pak Sofyan, salah satu warga yang bertemu dengan kami di kaki gunung. Perjalanan pulang tak selancar perjalanan pergi. Dari kota batu ke ranau kami masih mendapatkan angkutan. Tetapi tidak ada angkutan lagi menuju ke Muara Dua. Akhirnya kami menumpang mobil pick up yang akan menuju ke muara dua. Mual tak terhindari, saya pun muntah-muntah selama perjalanan. Tetapi karena saya dan teman-teman sudah seperti saudara, maka mereka semua memberi obat dan mejaga saya dengan baik. Dari muara dua kami melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum ke Batu Raja. Tak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak baik hati yang memberkan tumpangan tadi. :) Sore hari kami tiba di rumah Kak Chandra. Setelah membersihkan badan, mandi, kami semua sepakat untuk beristirahat.

19.01.2005
Pagi ini saya terbangun oleh senandung lagu eminem yang sangat nyaman di telinga - just lose it. Kedua telapak tangan saya masih terasa sakit. Jam 10 pagi kami sudah berada di travel menuju ke indralaya, ke rumah kost kak Kono. Malam ini sedikit susah tidur, semua sendi di tubuh saya terasa sangat sakit.

20.01.2005

Hari ini saatnya pulang ke Palembang. Dari kost kak Kono, kami menaiki angkutan umum untuk sampai ke halte bus kampus saya. Banyak anak-anak kampus yang memandang saya dengan tatapan aneh. Bayangkan saya dengan penampilan yang kusut, telapak tangan dililit perban, dan carriel yang besar dan berat. Setelah menempati salah satu kursi di bus mahasiswa ini, sayapun melakukan perjalanan pulang ke rumah. Berpisah untuk sementara waktu dengan Kak Chan, Kak Kiki, Kak Kono dan Kak Yayan. Tiba di halte bus mahasiswa di Palembang, saya dijemput oleh om Tikno dan diantar sampai ke rumah. Welcome Home.. Dan taukah kalian, alpukat ranau ini memang lezaattttt sekali... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar