Pages

Senin, 07 Februari 2005

Bukit Besar dan Bukit Serelo

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya pada saat mendaki dua dari sekian banyak bukit di wilayah Sumatera Selatan. Bukit Besar dan Bukit Serelo. Saya melakukan pendakian dalam rangka. Di posting saya sebelumnya saya sudah pernah menceritakan pengalaman saya di bukit serelo. Tetapi kali ini saya melakukan pendakian dalam rangka sebagai tamu di kegiatan diklatsar organisasi mapala lainnya.

Let's begin my adventure..

29.01.2005
Pagi ini saya yang sudah siap dengan carriel di pundak melangkahkan kaki dengan mantap menuju sekretariat Mapala teman saya. Kebetulan sekretariat yang saya tuju hanya berjarak sekitar 5 rumah dari rumah saya. Jadi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di sini. Langit pagi sangat cerah, udara pun mertiup ramah. Tiba di tempat yang saya tuju, teman-teman saya sedang sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk kegiatan diklatsar mereka. Saya pun segera dipersilahkan untuk bergabung dengan mereka. Perjalanan dibagi dua team. Team pertama yaitu kelompok yang akan berangkat duluan yang terdiri dari anggota yang akan melakukan diklatsar beserta senior. Team kedua hanya terdiri dari tiga orang yaitu dua orang senior dan satu tamu (yaitu saya) yang akan berangkat terakhiran. Team kedua ini berangkat menggunakan kereta api, berbeda dengan team pertama yang berangkat menggunakan bus. Saya dan kedua teman saya akhirnya menuju ke stasiun kereta api menggunakan angkutan kota. Tiba di stasiun kami membeli tiket untuk kereta api jurusan tanjung karang. KA Rajabasa pun melaju di rel terlihat sudah sangat tua.
Tiba di stasiun yang dituju (saya lupa nama stasiunnya), kami kembali menaiki angkutan umum menuju ke terminal. Setelah itu kami berganti mobil untuk menuju ke tempat yang bernama Sekolah Gajah. Sesuai dengan namanya, sekolah gajah ini terdapat banyak gajah yang dilatih. Pelatihan gajah ini didirikan unutk melestarikan gajah dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan seperti melatih gajah liar atau pengganggu sebagai gajah atraksi, gajah pekerja dan gajah patroli.
Apabila sudah tiba di sekolah gajah, berarti sebentar lagi kami sudah akan berjumpa dengan hutan belantara. Jalan semakin kecil dan banyak pepohonan. Pendakian kali ini tidak melalui jalur pendaki yang biasa dilalui, tetapi kami hanya mengandalkan kompas. Pendakian berlanjut, cuaca semakin panas, baju yang saya kenakan sudah basah oleh keringat. Berkali-kali kami tersesat di jalur yang berakhir pada jurang. Hari pun semakin sore. Badan yang mulai letih ditambah kaki saya yang tertusuk banyak duri membuat saya semakin frustasi. Akhirnya terjadi sedikit keributan diantara kami. Pada saat harus memilih dua jalur yang berbeda, kedua teman saya mempunyai pendapat yang berbeda pula. Saya sebagai anggota team termuda diberikan kesempatan untuk memilih akan mengukuti siapa diantara kedua abang-abang ini. Saya berfikir sejenak, akhirnya saya memilih melanjutkan pendakian dengan Bang Black dari pada dengan Bang Geboy. Ya, sepertinya bang Black lebih smart dan berpengalaman dalam hal hutan belantara. Kami melanjutkan perjalanan dengan cara mengikuti jalur air terjun yang ada. Lalu baru kembali ke jalur hutan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kami berputar di satu lokasi saja. Jalur yang sangat curam membuat kami tak henti-hentinya terjatuh. Setelah lama berjalan, akhirnya hati kami sangat gembira ketika mulai mendengar suara gelak tawa dari tempat yang tidak terlalu jauh. Kami terus berjalan menuju sumber suara. Dan yah, akhirnya kami menemukan rombongan yang tadinya sudah berangkat terlebih dahulu. Rasanya saat ini saya ingin sekali menangis karena gembira, perjuangan untuk mencapai camp ini cukup berat. Tas saya segera diambil oleh teman saya lainnya. Saya diminta untuk berganti baju dan beristirahat. Dan satu hal lagi, ternyata saya tidak menyadari bahwa ada seekor pacet yang sudah sangat gemuk menempel di antara jari jempol dan telunjuk kaki saya. Dasar pacet !!!!!!!!
Sedang asik-asiknya mengobrol dengan yang lainnya, tiba-tiba kami mendengar suara-suara dari arah pepohonan di dekat camp. Tak lama muncullah bang Geboy dengan wajah dan pakaian yang sangat kotor. Alhamdulillah, akhirnya semua anggota sudah lengkap berkumpul. Malam yang indah ini kami habiskan dengan bermain gitar dan bernyani bersama. Ternyata merasakan tahap diklatsar di sisi senior sangat berbeda dengan pada saat masih menjadi seorang junior.


30.01.2005

Pagi ini kami dibangunkan oleh para peserta diklatsar. Aktifitas hari ini adalah rock climbing. Saya yang hanya sebagai tamu tidak bisa ikut dalam kegiatan diklatsar ini. Jadi disini saya berperan sebagai pengamat. :) Tebing di bukit besar ini memang sering digunakan untuk melakukan aktifitas panjat tebing karena struktur tebing yang bagus untuk melatih kemampuan. Malam ini malam terakhir di Bukit Besar. Besok kami akan melanjutkan kegiatan di Bukit Serelo.

31.01.2005
Packing time. Saatnya berpindah lokasi. Senior yang tersisa hanya beberapa orang Sdangkan yang lainnya sudah pergi terlebih dahulu dengan para junior. Ternyata para senior lebih menderita pada bagian ini. Bayangkan saja, untuk membawa carriel besar yang banyak ini hanya diangkut oleh beberapa orang saja. Ayo, ayo, semangat teman-teman. :) Menuju ke tempat lain kami menyebrang sungai. Wah, jembatannya hanya terbuat dari kayu dan tambang saja. Sangat mengerikan melewatinya dengan membawa carriel yang besar dan berat ini. Tak lupa pula kami dikagetkan oleh seekor kerbau hutan yang tiba-tiba muncul di hadapan kami di tengah hutan ini. Alhasil kami sema berlari menghindar. Hahaha, walaupun merasa sangat letih, kami masih bisa tertawa terbahak-bahak. Di pinggir sungai kami mendirikan tenda. Beristirahat, berenang dan bermain. Tapi hujan turun tiba-tiba membuat kami harus melapisi tenda dengan parka agar air tidak masuk ke dalam tenda.

01.02.2005
Hari pertama di bulan february. Subuh-subuh para peserta diksar sudah terbagi dalam dua kelompok. Saya yang masih sangat mengantuk hanya melihat mereka dari kejauhan. Ternyata hari ini diklatsar mengenai navigasi. Para junior dibagi menjadi dua kelompok. Mereka diberi peta dan alat lainnya untuk menuntun mereka tiba di titik yang telah ditentukan. Sekitar pukuk 08 pagi kami pun kembali melanjutkan perjalanan ke titik yang sama dengan para junior. Tapi, hutan memang tak selalu sama. Walaupun diantara kami ada beberapa yang sudah sering melalui jalur ini, tapi kami tak luput dari kata "tersesat". Lagi-lagi tersesat, tetapi tidak membutuhkan waktu yang lama kami sudah kembali di jalur yang benar. Kami tiba di salah satu rumah penduduk di tengah hutan itu. Rumah ini adalah satu-satunya rumah yang ada di lokasi ini. Para perempuan (termasuk saya) mulai memasak. Sore menjelang, para junior pun mulai berdatangan. Satu kelompok sudah tiba. Mereka diperbolehkan untuk beristirahat sembari menunggu satu kelompok lagi. Hari menjelang maghrib. Kelompok satunya belum juga tiba. Team langsung melakukan briefing dan memutuskan untuk membentuk team SAR. Pencarian malam ini tidak menghasilkan apa-apa.

02.02.2005
Pagi-pagi semua sudah berkumpul dan beberapa kelompok dibuat untuk berpencar ke segala penjuru hutan. Sore hati team SAR dadakan ini kembali dengan hasil yang sama dengan kemarin malam. Nihil. Tiba-tiba satu team SAR terakhir bergabung dengan membawa kabar baru. Ternyata junior yang hilang itu sudah pulang ke Palembang. Ada surat yang dititipkan ke seorang warga, di surat itu mereka bercerita bahwa mereka tersesat ke jalan menuju ke luar hutan. Alhamdulillah.. Paling tidak, mereka semua selamat. Tapi, kasihan untuk junior yang menjadi pelampiasan kekesalan para senior. Hahaha. Saya jadi teringat ketika di posisi yang sama dengan junior-junior ini. Ya, malam ini panitia bisa tidur dengan tenang.
03.02.2005
Pagi ini melanjutkan perjalanan lagi menuju ke Bukit Serelo, melewati jalur yang dinamakan jalur separuh nafas. Jalur ini sesuai dengan namanya, panjang dan terjal. Dibutuhkan niat yang kuat untuk mendaki jalur tersebut karena kelelahan yang akan dirasakan sudah terasa saat kita masih berada di bawah jalur tersebut. Lalu dengan semangat 45 kami pun mulai melangkahkan kai di jalur ini. Keluar dari jalur, kami melewati jalur landai dimana saya jadi teringat memori diklatsar dulu ketika kami melewati bivak yang pernah saya buat dulu. Bivak adalah salah satu ketrampilan dalam mempertahankan hidup dialam terbuka (survive) yang harus dimiliki seorang petualang bila tersesat di hutan. Kegiatan hari ini berpusat di sungai petai di sekitar camp.

04.02.2005
Ya, hari ini  adalah saatnya test mental bagi para junior. Sembari melihat prosesi diklatsar, saya juga menikmati keindahan bukit barisan yang tidak bisa saya lihat di perkotaan. Udara yang sangat sejuk dan segar ini juga sangat saya rindukan di tengah kota yang penuh dengan polusi. Malam ini malam pelantikan para junior. Wah, ini saat yang ditunggu-tunggu semua orang yang ada disini. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kembali mengingatkan saya ke beberapa bulan yang lalu. ^^

05.02.2005
Saatnya pulang. Pagi yang cerah menuntun langkah kami menuju kembali ke rumah. Ternyata hari ini kembali sial, kami tidak mendapatkan angkutan untuk kembali ke Palembang. Tengah malam baru kami mendaatkan angkutan itu. sehingga tiba di Palembang pukul 04 Pagi.

06.02.2005
Melihat pagar rumah saya dari kejauhan membuat saya lebih semangat untuk melangkah. Saya berjalan pulang dari sekretariat mapala teman saya. Tiba di rumah, tanpa pikir panjang saya langsung pergi TIDUR. Ah, ini baru benar-benar kasur yang empuk. Tapi saya tidak bisa tidur terlalu lama karena pagi ini saya harus pergi ke kampus. Hari ini adalah hari pertama kuliah di semester kedua. Semangattttt !!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar