Pagi, di office, hujan dan dingin.
Pagi ini hampir satu office tidak ada yang sarapan pagi, dikarenakan hujan yang tak kunjung berhenti dari tadi malam membuat semua orang stuck di kamar masing-masing. Berhubung letak kamar dan ruang makan yang terpisah, membuat kami berfikir berulang-ulang untuk menerobos hujan yang sangat deras itu. Akhirnya menahan lapar adalah opsi terbaik dibandingkan menerobos hujan yang bisa membuat coverall ini basah kuyup.
Saat itu pukul 06 pagi. Biasanya setiap jam 06 ini kami melakukan toolbox meeting di construction area. Berhubung hujan yang tetap menunjukkan eksistensinya di belantika per-Dayung-an, maka meetingpun di cancelled. Good. Tambah manyun di office dengan perut keroncongan. Cacing-cacing yang sudah mulai mengumpulkan masa dengan orasi-orasinyapun membuat saya yang masih bertahan di depan dekstop komputer akhirnya memaksakan diri menuju ke tengah ruangan.
Tak lama, saya sudah kembali ke meja kerja dengan cangkir berisi coklat hangat di tangan kiri dan biscuit Monde Rollegg di tangan kanan. Pilihan yang tepat untuk menghangatkan tubuh. Tapi sayangnya snack itu tak cukup untuk menghilangkan rasa lapar ini. Tiba-tiba saya ingat bahwa di laci meja kamar masih tersimpan beberapa cup pop mie. Dengan dukungan penuh dari back to back yang langsung mensupport ide ini, akhirnya saya langsung mencari driver untuk mengantar kembali ke camp. Ayeyyy, akhirnya popmie sudah di tangan. Berhubung stock pop mie yang ada hanya 4 cup, maka yang mendapat jatah sarapan pagi ini hanya saya, mba Ve, Egi dan si abang Kapolda. (Hehehe, untuk crew yang lain maaf ya, next time ntar bakal bawa lebih banyak dehh. :p). Mie diseduh. Aromanya ternyata sampai ke ruangan dokter di ujung porta-office. Kasian temen-temen yang lain hanya bisa menikmati aromanya saja. Karena begitu lahapnya makan mie yang masih panas di pagi hari yang dingin itu, lidah ini sampai sedikit terbakar. Tapi paling tidak, demonstrasi yang dilakukan oleh cacing di perut sudah berhasil dihentikan.
Tak lama, saya sudah kembali ke meja kerja dengan cangkir berisi coklat hangat di tangan kiri dan biscuit Monde Rollegg di tangan kanan. Pilihan yang tepat untuk menghangatkan tubuh. Tapi sayangnya snack itu tak cukup untuk menghilangkan rasa lapar ini. Tiba-tiba saya ingat bahwa di laci meja kamar masih tersimpan beberapa cup pop mie. Dengan dukungan penuh dari back to back yang langsung mensupport ide ini, akhirnya saya langsung mencari driver untuk mengantar kembali ke camp. Ayeyyy, akhirnya popmie sudah di tangan. Berhubung stock pop mie yang ada hanya 4 cup, maka yang mendapat jatah sarapan pagi ini hanya saya, mba Ve, Egi dan si abang Kapolda. (Hehehe, untuk crew yang lain maaf ya, next time ntar bakal bawa lebih banyak dehh. :p). Mie diseduh. Aromanya ternyata sampai ke ruangan dokter di ujung porta-office. Kasian temen-temen yang lain hanya bisa menikmati aromanya saja. Karena begitu lahapnya makan mie yang masih panas di pagi hari yang dingin itu, lidah ini sampai sedikit terbakar. Tapi paling tidak, demonstrasi yang dilakukan oleh cacing di perut sudah berhasil dihentikan.
Keberuntungan tidak hanya sampai disitu, tiba-tiba officeboy menyerukan kalimat "gorengan, gorengan" dari tengah ruangan. Saya yang memang doyan dengan makanan yang satu itu langsung beranjak mendekati pusat suara. Dan dengan cekatan, dua bakwan-pun sudah berada di tangan. Untuk mengurangi kadar minyak hasil dari proses penggorengan, bakwan itu saya balut terlebih dahulu menggunakan tissue. Setelah minyak meresap, barulah dilahap dengan begitu nikmatnya. Tak lupa ditemani dengan beberapa cabe rawit. (Padahal sebelumnya saya sudah membuat perjanjian dengan perut bahwa tidak akan mengkonsumsi cabe untuk sementara waktu. Tapi, bakwan tanpa cabe? Apa kata dunia?? Hehehe).
Kenyang. Perutpun mantap. Mata mulai menjadi sayu. Lampiran hand over dari back to back tidak membuat saya cukup sibuk, sehingga rasa kantuk tak kunjung hilang. Kembali lagi berselancar di dunia maya. Akhirnya cuaca dingin dan perut kenyang menimbulkan keinginan untuk buang air kecil sedikit meningkat (emang ada rumusnya seperti itu ya??? :p). (eh, dari tadi cerita ini kok ga nyambung sama titlenya ya?? Tenang sodara-sodara, lanjutin aja bacanya). Pas beberapa detik setelah saya keluar dari toilet dan berpapasan dengan si Rivai (officeboy lucu nan baik hati di kantor), satu kalimat sakti terucap dari mulutnya. "Eh, mba chE, kok perut sama pipinya tambah tembem ya?". Serasa tersambar geledek, langkahku terhenti. Padahal hari ini adalah hari pertama on duty setelah dari libur kerja. Padahal 13 hari di rumah kemarin, saya sudah mencoba sekuat tenaga untuk mengurangi kuantitas makan. Apa kabar 14 hari kedepan di hutan ini? Dimana setiap hari berat akan terus naik karena tidak berhenti makan. :'( Semoga rencana saya berjalan lancar, saya sengaja membawa sepatu olahraga dari rumah, sehingga trip ini (niatnya) bisa melakukan treadmill minimal 3 kali dalam satu minggu (Ya Allah, semoga ga banyak godaan untuk melakukan hal baik itu ~ hahaha, permintaan yang begitu tulusnya). Semoga trip ini perut dan pipi saya tidak bertambah tembem. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar